Selasa, 20 Juli 2010

PULAU HALIMUN

LEGENDA PULAU HALIMUN

Oleh : Faisal Batennie *)

Pulau Laut sungguh beruntung karena telah dianugerahi memiliki keindahan alam yang menajubkan; gugusan pulau yang elok diatas hamparan laut biru Selat Makkasar. Kemudian didukung lagi potensi Sumber Daya Alam yang melimpah yang selama ini telah menjadi perhatian.

Namun sayang ternyata sejarah peradaban negeri yang elok dan kaya hampir-hampir kurang mendapat perhatian, sebagaimana yang unkapkan keprihatinan Bapak Sulaiman Najam seorang tokoh masyarakat pemerhati budaya dan sejarah di Kotabaru. Pulau Laut Kotabaru sebenarnya memilki potensi sejarah yang harus segera digali sebagai pondasi peradaban dan menangkal budaya asing yang gencar masuk dinegeri ini yang belum tentu baik untuk bangsa kita. Sejarah perlu disusun untuk pertanggung jawaban kepada genarasi mendatang agar mereka memiliki kebanggaan terhadap bangsa sendiri, dimana akhir-akhir ini mulai luntur rasa hormat dan santunnya pada pendahulunya.

Sejarah berfungsi untuk menyadarkan kita akan adanya proses perubahan dan perkembangan suatu peradaban masyarakat dalam dimensi waktu, dalam membangun prespektif dan kesadaran untuk menghantarkan kita dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan masa kini, dan masa yang akan datang.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mencoba menguak kembali misteri sejarah Pulau Laut Kotabaru, mudah-mudahan sesi tulisan ini nantinya mendapat respon dan masukan dari pihak-pihak yang masih perduli terhadap sejarah, sehingga dimasa akan datang nantinya dapatlah kita membuat suatu kajian ilmiah untuk membuat Buku Sejarah Pulau Laut yang dapat dijadikan kurikulum lokal pendidikan didaerah ini, yang selama ini pendidikan sejarah di sekolah siswa lebih banyak memahami sejarah luar dari pada sejarah daerahnya sendiri. Adapun nantinya sesi Sejarah Pulau Laut yang akan penulis kemukakan adalah, adalah:
1. Lagenda Pulau Halimun.
2. Kerajaan Pulau Laut.
3. Perjuangan Kotabaru Melawan Penjajahan.
4. Peristiwa Heriok Mempertahankan kemerdekaan.
5. Terbentuknya Kabupaten Kotabaru.
A. Pulau Halimun.

Dalam riwayat Pulau Laut yang kita ditempati sekarang ini merupakan lautan, kemudian tiba-tiba muncul sebuah pulau yang dalam cerita dikenal dengan Pulau Halimun. Pulau Halimun konon menajubkan bagi para pelaut yang melintasi selat makasar, sebab kalau malam hilang yang terlihat hanya bayang-bayang kukusan awan mega raksasa yang terapung diatas laut dibawah bayang-bayang rembulan. Kemudian menjelang matahari terbit dan meninggi secara perlahan-lahan selimut awan mega menguap memunculkan Pulau yang indah dan elok.



Pulau HalimunTerapung Ditengah Laut

Menurut catatan portopolio Sulaiman Najam: Keberadaan Pulau Halimun ini atas jasa Datu Mabrur dan 3 saudaranya, semula Datu Mabrur bermukim di Muara Sungai Kukusan salah satu wilayah di Pagatan. Hingga pada suatu hari Datu Mabrur duduk bertapa diatas batu besar muara sungai Kukusan yang kemudian batu besar tersebut mengantarkan datu Mabrur ketengah laut, bertahun-tahun Datu Mabrur terombang ambing diatas batu namun tidak mengurangi kekhusuan pertapaanya sehingga atas upaya pertapaan tersebut batu tempat pertapaanya tadi menjadi sebuah Pulau yang kemudian diberi nama dengan Pulau Halimun. Ketika kemunculan Pulau Halimun Datu Mabrur kemudian menjadikan sebagai tempat pemukiman bagi keluarganya. Pada suatu hari Datu Mabrur mendapat kunjungan dari sahabatnya yaitu Datu Pujung, dalam pertemuan istimewa ini Datu Mabrur kemudian meminta tolong kepada Datu Pujung agar mencarikan gunung di Pulau Jawa, agar nantinya Pulau Haliman menjadi Pulau yang indah dan elok. Datu Pujung dengan senang hati pula memenuhi keinginan sahabatnya kemudian didatangkannya sebuah gunung yang kemudian dikenal dengan gunung Jambangan.



Pulau Laut dipandang dari Muara Sungai Kukusan


Fahrurraji: (2002) Dilain riwayat juga diceritakan ketika Sultan Suriansyah memerintahkan Datu Pujung untuk mencari Kayu Ulin empat batang untuk tiang guru Mesjid yang akan didirikan di Kuin Kerajaan Banjar. Setelah Datu Pujung menerima titah Penembahan kemudian segara berangkat ke Timur , sampailah Datu di Muara Sungai Kukusan Pagatan akan tetapi setelah menulusuri hutan belantara tidak menemukan kayu yang dimaksud, hingga akhirnya Datu Pujung bertemu dengan seorang pertaba di Muara Sungai Kukusan yang bernama Datu Mabrur. Datu Pujung tinggal beberapa saat dengan Datu Mabrur di Muara Sungai Kukusan. Kemudian terjalinlah persahabatan yang baik antara kedua datu, hingga suatu hari Datu mabrur minta bantuan kepada Datu Pujung sahabatnya yang sakti mandra guna untuk mencarikan sebuah gunung yang indah di Pulau Jawa yang kelak akan diletakan di sekitar Sungai Kukusan. Tanpa banyak pikir Datu Pujungpun berangkat ke Pulau Jawa, karena menggunakan ilmu lari cepat sebantar saja sampai ketempat yang dituju, kemudian diambilnya sebuah gunung lalu diikatkannya diatas punggungnya dengan tali kemudian dengan cepat pula gunung itu dibawah ke Datu Mabrur, sesampai sekitar Muara Sungai Kukusan tali pengikat gunung putus dan gunung tersebut terjatuh di laut sekarang gunung tersebut dikenal dengan gunung Jambangan yang ada di Pulau Laut.
B. Keberadaan Datu Mabrur.

Dalam catatan sejarah Istilah Datu dikenal dalam tingkatan sosial dalam masyarakat Melayu seperti di Sumatera, Malaysia, dan Kalimantan (Banjar). Konon masyarakat Banjar memberikan gelar Datu kepada orang yang Alim dan Saleh, Kepala Adat, Orang yang dituakan, serta Pahlawan yang memiliki kesaktian yang mandraguna. (Idwar Saleh: 1978)

Seperti hal itu juga seorang pertapa yang sakti mandra guna bernama Datu Mabrur yang kemudian berjasa membangun peradapan di Pulau Laut. Datu Mabrur punya hubungan baik dengan para datu-datu yang sakti mandraguna di Pulau Kalimantan. Diantarnya adalah Datu Pujung Aria Malangkang Tokoh Lagenda yang membangun peradaban di Amuntai Hulu Sungai Utara.

Setelah dalam pertapaan Datu Mabrur berhasil memunculkan Pulau Halimun lengkap dengan gunung yang elok dan cantik. Kemudian Datu Mabrur berniat untuk berkeluarga dan mempersunting seorang putri dari Pulau Dewata (Bali), dari hasil perkawinan tersebut melahirkan keturunan 7 orang anak terdiri dari 6 anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Yang masing-masing keturunannya tersebut bernama,
1. Datu Belang Ilat.
2. Datu Ning Karang Kabunan.
3. Datu Ning Karang Baingsang.
4. Datu Ning Karang Kintang.
5. Datu Ning Karang Jangkar.
6. Datu Ning Kurung, (perempuan) dan
7. Data.

Konon warga Datu Mabrur yang bermukim di Pulau Halimun ukuran tubuhnya besar-besar, hal ini dapat dilihat dari berbagai peninggalan prasejarah yang ada dan telah ditemukan oleh masyarakat Pulau Laut, diantaranya;
1. Kerangka manusia yang panjang kurang lebih 4 meter ditemukan oleh oleh Harun warga Desa Pulau Kerayaan Pulau Laut Selatan.
2. Baji terbuat dari besi yang panjang kurang lebih 1 meter, baji ini biasanya digunakan untuk membelah kayu ditemukan oleh Mursyid pendududk Desa Semaras Pulau Laut Barat.
3. Lasung dan antang yang cukup besar ditemukan oleh Arifin warga desa Sigam Pulau Laut Timur. (Sulaeman Najam)

Setelah berhasil membangun pemukiman di Pulau Halimun Datu Mabrur mengembangkan agama Hindu sesuai dengan agama yang telah diyakininya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemungkinan besar agama yang pertama kali berkembang di Pulau Laut adalah agama Hindu. ( Bersambung…) Sesi tulisan berikutnya adalah Sejarah Kerajaan Pulau Laut.


Bahan bacaan penulis.
1. Sulaiman Najam: Sejarah Kotabaru Pulau Laut Kalimantan Tenggara. Tulisan Porto Polio.
2. M. Idwar Saleh ( 1978 ) Adat Istiadat Daerah Kalimantan Selatan, Depdikbut Kalsel.
3. Fahrurraji Asmuni (2002), Cerita Datu- Datu Terkenal Kalsel, Sahabat Kandangan.


*) Penulis Drs. H. Faisal, M.Pd adalah sekretaris LP2M AKPB Kotabaru, dalam setiap tulisam dimedia massa menggunakan nama Faisal Batennie, Kontak person HP. 081349773339.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar